SELAMAT DATANG DIHALAMAN ONLINE HPDKI KABUPATEN PURWAKARTA

Membina dan memelihara rasa persatuan dan kesatuan terhadap bangsa dan negara.

Meningkatkan hubungan kekeluargaan, kerjasama yang harmonis, dan pengabdian kepada masyarakat.

Memupuk rasa tanggung jawab dan daya cipta yang dinamis.

Melestarikan salah satu budaya atau tradisi sunda (Jawa Barat) yang telah ada secara turun temurun.

Melestarikan Domba Garut sebagai plasma nutfah Jawa Barat.

Translate

Wednesday, December 12, 2012

Profil domba Kabupaten Purwakarta

Usaha ternak domba di Kabupaten Purwakarta telah lama diusahakan oleh petani ternak di pedesaan yang hamper tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Purwakarta, baik sebagai usaha pokok maupun usaha sampingan yang dipadukan dengan usaha tani. Oleh karena itu keberadaan usaha ternak domba dapat memberikan kontribusi nyata terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya alam. Dilihat dari rata-rata tingkat
kepemilikan ideal, dimana skala pemilikan ideal adalah 20 – 50 ekor per peternak.

Ternak domba umumnya dipelihara secara tradisional yang berfungsi sebagai tabungan, sumber pupuk kandang serta sumber pendapatan sebagai hewan kesayangan., rata-rata tingkat kepemilikan umumnya rendah yaitu dibawah 10 ekor per keluarga petani. Hal tesebut tidak mengurangi nilai keberadaan ternak domba di masyarakat karena keterampilan petani ternak tersebut dapat diandalkan bila mereka diberi motivasi usaha dan tingkat permodalan yang memadai. Hal ini karena selain cocok dengan lingkungan setempat juga sudah akrab dan menjadi tradisi yang turun temurun dengan masyarakat petani di daerah, khusus Domba Purwakarta sebagai domba laga atau sebagai hewan kesayangan, biasanya dipelihara oleh mereka yang memiliki tingkat permodalan yang kuat, karena harga domba tersebut sangat memiliki harga yang mhal dan unsure seni serta keindahan yang ditonjolkan.

Sejalan dengan keberadan ternak domba yang beredar dimasyarakat selama ini, maka Pemerintahan kabupaten Purwakarta menjadikan ternak domba sebagai komoditas unggulan serta menjadi kebanggaan nasiaonal karena memiliki khas yang tidak dimiliki oleh jenis/bangsa domba lainnya di dunia.

Domba Purwakarta banyak dipelihara dipedesaan oleh para peternak di Jawa Barat, karena domba tersebut lahir dengan perkembangan usaha sampai sekarang bahwa Domba Purwakarta banyak tersebar di luar Jawa Barat seperti Sumatra Utara, Jawa Tengah namun perkembangannya belum menggembirakan.

Salah satu keistimewaan ternak Domba Purwakarta yaitu ternak domba jantan dengan anatomi tanduknya yang bermacam-macam, tubuhnya serta tempramen/sifat-sifat yang spesifik sebagai domba adu dan terkenal dengan domba tangkas dan sekarang lebih dikenal dengan domba laga, karena domba adu memiliki konotasi yang kurang baik di masyarakat. Dikatakandomba tangkas karena memiliki seni ketangkasan yang dipadukanengan seni pancak silat, dan dikatakan domba laga karena berlaga dilapangan yang menarik perhatian orang banyak serta memiliki unsure seni yang indah dipandang.

Setelah berdirinya Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia (HPDKI) istilah “adu” dihilangkan karena untuk tidak mengasosiasikan kata “adu” dengan permainan judi. Sebagai seni khas kebudayaan Jawa Barat terutama masyarakat Priangan, sejak jaman dahulu sampai sekarang dikenal dan digemari oleh masyarakat banyak, hal ini karena sebagai seni dan hiburan yang murah meriah.

Written by: HPDKI Purwakarta
HPDKI Purwakarta, Updated at: 9:08 AM

Domba Garut sangat berpotensi pada ibadah Qurban dan Idul Fitri

Selain dari pada itu untuk banyak peternak domba yang ada di Jawa Barat saya ingin sekali memajukan peternakan antara Domba garut dan kambing, karena itu sangat luar biasa untuk mengurangi pengangguran. seperti halnya Perayaan hari raya besar Idul Adha tanpa terasa kian mendekat, ritual ibadah qurban bagi yang mampu melaksanakannya sebagai wujud ketakwaan umat muslim kepada Allah SWT seperti biasa tidak hanya saja akan mendatangkan rejeki bagi peternak akan tetapi juga para pedagang hewan qurban musiman yang selalu muncul saat perayaan hari raya Idul Adha menjelang, tak pelak harga ternak yang dijadikan hewan qurban pun akan melonjak, mulai dari sapi, kambing dan juga domba. Bagi yang berencana untuk melakukan kegiatan pemotongan hewan qurban pada tahun ini, sudahkah menentukan jenis ternak apa yang nantinya akan dibeli untuk diqurbankan? Ternak Domba Garut bisa dijadikan pilihan. Garut, ternak plasma nuftah Indonesia yang belum lama ini diusulkan kepada Unesco agar menjadi situs warisan dunia saat penyelenggaraan Gebyar Garut Festival pada beberapa bulan yang lalu. Dari sisi tampilan memang dapat dikatakan bilamana domba ini terbilang istimewa, selain postur tubuhnya yang terlihat kokoh dan gempal untuk domba jantan, aura ketampanan domba ini ditunjang keindahan tanduk yang dimilikinya adalah pantas mewakilkan bila inilah sesuatu terbaik yang Kita miliki untuk diqurbankan. Harga eksklusif pun pastinya juga adalah yang berlaku untuk domba ini.

Prosentase karkas atau gabungan tulang dan daging yang dihasilkan Domba Garut pun terbilang tinggi dibandingkan jenis ternak ruminansia kecil lainnya yang biasa dijadikan hewan qurban. Tidak lain ini dikarenakan Domba Garut dari sejarahnya juga berasal dari persilangan domba luar biasa. Bungkusan daging hewan qurban yang dibagikan pun akan jauh lebih banyak tentunya. Domba Garut dilihat dari sejarahnya tidak lain merupakan hasil persilangan dari 3 rumpun bangsa domba, pertama ialah domba Kaapstad dari Afrika yang dibawa oleh para pedagang Arab ke Indonesia, yang kemudian disilangkan dengan domba Merino dari Australia dan juga dengan jenis domba lokal yang ada di tatar Sunda. Populasi daripada domba ini pun saat ini sudah menyebar keberadaannya dalam arti tidak hanya sebatas pada wilayah kabupaten Garut, domba ini pun sekarang sudah mulai banyak dikembangkan antara lain di daerah kabupaten Bandung, Bogor, Tasikmalaya, Subang, Sukabumi, Purwakarta dan Sumedang wilayah provinsi Jawa Barat.


Tidak hanya layak dikembangkan guna memenuhi kebutuhan pangsa pasar ternak qurban saja sebenarnya, khusus Domba Garut yang dapat memenuhi kriteria Standar Nasional Indonesia (SNI), kemudian juga domba tersebut dapat selaras dengan pakem yang berlaku di kalangan peternak mengenai kriteria Domba Garut unggulan yang antara lain dikenal istilah ules, rengreng dan adeg-adeg, domba yang memenuhi kriteria ini jangan kaget bila akan dihargakan lebih sangat mahal dibandingkan harga yang berlaku pada umumnya sebagai domba qurban.

Niche market pun dalam hal ini terbentuk pada Domba Garut dan terjadi pula proses mekanisme seleksi produk di kalangan pecinta Domba Garut serta komunitas peternak (HPDKI, Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia), yang secara tidak langsung pula ini merupakan salah satu cara untuk dapat mempertahankan predikat Domba Garut sebagai jenis domba unggulan. Terlebih kondisinya semakin diperkuat dengan positioning Domba Garut sendiri di kalangan masyarakat Jawa Barat yang memiliki unsur prestise, akan sangat bangga seorang peternak manakala domba yang dimilikinya dapat meraih kemenangan pada suatu kontes yang rutin diadakan dengan nama Seni Ketangkasan. Kelestarian domba ini pun Insya Allah dapat terus terjaga melalui kegiatan seni yang secara rutin diadakan sebagai bagian dari warisan budaya yang ada di bumi tatar sunda. Konotasi Domba Garut yang selama ini identik sebagai Domba Adu pun perlahan pencitraannya semakin positif kepada Domba Seni Ketangkasan yang bilamana terus dikemas dengan baik maka bisa menjadi potensi objek wisata budaya yang patut dipromosikan.



Hal menarik lainnya untuk dibahas seputar Domba Garut dan perayaan Idul Adha yang sebentar lagi akan datang, pemasaran dengan media bisnis online yang juga sudah mulai semakin banyak dimanfaatkan oleh para peternak sebagai suatu sarana promosi bagi produk peternakan yang dimilikinya, termasuk pola pemesanan hewan qurban sejak dini bagi konsumen yang berkeinginan berqurban melalui pelaksanaan program tabungan qurban.

Kemunculan banyak peternak-peternak muda pun menjadi suatu hal yang menarik saat ini dan merupakan kondisi yang patut disyukuri, didukung program-program pemerintah melalui departemen dan dinas terkait yang semakin menunjang pengembangan sektor usaha peternakan seperti Sarjana Membangun Desa atau SMD misalnya, ini berarti kegiatan beternak telah dapat menjadi suatu kebanggaan tersendiri sebagaimana beternak adalah salah satu pekerjaan daripada para nabi. Semangat yang ada ini pula tentunya dengan tidak terlepas berkat banyaknya kehadiran buku-buku peternakan bermutu yang diterbitkan, mengangkat dan mengulas tentang potensi, nilai ekonomi dan history daripada Domba Garut, tayangan televisi yang bersifat edukatif tentang Domba Garut dan lainnya. Ayo, Petani Sejahtera maka Bangsa pun Berjaya!
Written by: HPDKI Purwakarta
HPDKI Purwakarta, Updated at: 2:46 AM

Sejarah Tentang HPDKI

Assalamualaikum,, seiring berjalannya waktu HPDKI kabupaten Purwakarta ingin menulis tentang sejarah pada awal mulanya HPDKI Di Indonesia Didirikan.
1960 : Pekalangan bermunculan (Bojongloa, Sukasari)
Berdiri Organisasi penggemar Domba Garut
HIPDO (Himpunan Peternak Domba) di Tegalega
(R. Inlematapsa)
PERSATDO di majalaya (Ruhiat)
PETADO di Lembang (Endang Wiradikarta)
1970 : Terbentuk HPDI (Himpunan Peternak Domba Indonesia) diketuai oleh H. Husen Wangsaatmaja
1980 : Musda HPDI, di Padalarang Jawa Barat
Hasil yang diperoleh:
1. HPDI diubah menjadi HPDKI
2.Istilah adu domba diubah menjadi ketangkasan domba (untuk mengubah citra adu domba yang negatif dan terkesan terkait dengan perjugian, menjadi istilah yang memiliki konotasi positif)
Setiap tahun dan hari bersejarah mengadakan kontes antar Kota/Kab (Jawa Barat)
Tujuan :
Membina dan memelihara rasa persatuan dan kesatuan terhadap bangsa dan negara.
Meningkatkan hubungan kekeluargaan, kerjasama yang harmonis, dan pengabdian kepada masyarakat.
Memupuk rasa tanggung jawab dan daya cipta yang dinamis.
Melestarikan salah satu budaya atau tradisi sunda (Jawa Barat) yang telah ada secara turun temurun.
Melestarikan Domba Garut sebagai plasma nutfah Jawa Barat.
1983 : Rapat HPDKI di Kuningan (Mandirancan) dan hasil yang diperoleh:
Istilah kontes dan ketangkasan domba diubah menjadi Kontes Seni Ketangkasan Domba dengan kriteria penilaian :
adeg-adeg, keindahan ancang-ancang, pola serangan (teknik pukulan), teknik menghindar,dll yang menyangkut estetika.
Written by: HPDKI Purwakarta
HPDKI Purwakarta, Updated at: 2:41 AM

Tuesday, December 4, 2012

Mengatasi bau kandang domba dan kambing (dombing)

Pada umumnya kandang dombing di masyarakat mengeluarkan aroma yang tidak sedap yang di rasa oleh lingkunganya karena dari segi pengelolaan kandang yang kurang efektif menjadi penyebab kandang yang tidak ramah lingkungan,

Dengan demikian perlu adanya pemikiran yang lebih spesifik lagi dengan masalah ini, supaya dalam pengaflikasian di lapangan tidak terhambat dalam proses pengembangan peternakan baik yang berbentuk perusahaan maupun perorangan,karena apabila tidak terpikirkan dari sekarang kapan lagi?

Dalam pengelolaan kandang ternak supaya terbebas dari aroma yang tidak di inginkan mungkin tidak ada salahnya apabila kita memikirkan bagaimana cara mengelola limbah ternak tersebut ramah lingkungan dan menjadi nilai poin lebih bagi peternak yang mengelolanya.

makadari itu info ini sebenarnya mempunyai nilai dan banyak keuntungan dari dombing tersebut termasuk kandangpun tidak akan bau.

silahkan berkomentar untuk selanjutnya saya akan menjawab, apa yang menjadi permasalahnnya...

Written by: HPDKI Purwakarta
HPDKI Purwakarta, Updated at: 10:05 AM

Hutan Sebagai Salah Satu Alternatif Lumbung Pangan

Didalam peternakan juga pertanian tak pernah lepas dari kehutanan yang ada di ruang lingkup tersebut. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat yang masih memiliki nilai-nilai dan kultur tradisional. Sejak jaman dahulu, mereka tidak hanya melihat hutan sebagai sumber daya potensial saja, melainkan memang merupakan sumber pangan, obat-obatan, energi, sandang, lingkungan dan sekaligus tempat tinggal mereka.Bahkan ada sebagian masyarakat tradisional yang meyakini bahwa hutan memiliki nilai spiritual.

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBANGUNAN KEHUTANAN

1.    Paradigma Baru Pembangunan Kehutanan
Pembangunan kehutanan di Indonesia selama ini ditengarai lebih berorientsi kepada penerimaan sebesar-besarnya bagi negara dengan prinsip-prinsip kelestarian. Kesejahteraan masyarakat sekitar hutan sendiri sebagai “pemilik” relatif terabaikan dengan digusurnya peran masyarakat dalam kegiatan pengelolaan hutan. Adanya fenomena bahwa masyarakat sekitar hutan yang selama ini identik dengan kemiskinan tetap saja pada predikat semula, miskin, adalah bukti yang lebih kongkrit lagi. Perkembangan tingkat pendidikan yang terjadi tidaklah menampakkan perbedaan yang berarti antara ada dan tidak adanya kegiatan pengusahaan hutan.
Sebuah paradigma baru dalam pembangunan kehutanan Indonesia menapaki abad ke-21 membuka harapan baru bagi masyarakat sekitar hutan. Asas pembangunan kehutana yang berkeadilan dan berkelanjutan, meletakaan masyarakat sebagai subjek dalam kegiatan pengelolaan hutan secara aktif dan intrasistem.
Orientasi pembangunan kehutanan tidak lagi dititik beratkan pada penerimaan yang sebesar-besarnya bagi negara, melainkan juga sebagai sumber pendapatan masyarakat melalui perannya baik secara individu maupun dalam bentuk koperasi.
Demikian pula pengelolaan sumber daya hutan di Jawa Barat kedepan, dituntut untuk lebih memperhatikan keseimbangan aspek ekonomi, sosial, dan ekologi secara seimbang, sebagai indikator pengelolaansumber daya hutan lestari (sustanable forest management).
Hal ini disadari karena adanya pergeseran paradigma pengelolaan hutan dari pengelolaan hutan untuk menghasilkan kayu (timber-based forest management) berbasis negara (state-based) kepada pengelolaan ekosistem sumber daya hutan untuk menghasilkan kayu, bukan kayu dan jasa lingkungan (ecosystem-based forest management) berbasis masyarakat (community-based).
Disamping itu, tuntutan adanya pergeseran paradigma dan tatakelola pemerintahan yang baik (good governance) juga menjadi pemicu dan pendorong adanya pergeeran sistem pengelolaan hutan dari yang sudah dipraktekan sebelum era reformasi dan desentralisasi pemerintahan.

2.    Revitalisasi Pertanian, Peternakan, dan Kehutanan
    Revitalisasi Pertanian Perikanan dan Kehutanan (RPPK) adalah komitmen dan program Kabinet Indonesia Bersatu sebagai salah satu dari triple track strategy pembangunan nasional yaitu : stabilitas ekonomi makro yang medukung pertumbuhan ekonomi 6,5 persen per tahun ; pembenahan sektor riil, khususnya UMKM, untuk mampu menyerap tambahan angkatan kerja dan menciptakan lapangan kerja baru ; dan revitalisasi sektor pertanian dan pedesaan untuk berkontribusi pada pengentasan rakyat dari kemiskinan. Dengan ketiga strategi ini ditargetkan berkurangnya tingkat kemiskinan dari 16,6 % tahun 2004 menjadi 8,2% tahun 2009 dan tingkat pengangguran turun dari 9,7% tahun 2004 menjadi 5,1% tahun 2009.
RPPK merupakan kebijakan yang bersifat lintas sektoral dengan komitmen penuh para pimpinan negara untuk membangun pertanian, perikanan, dan kehutanan. Dengan demikian, RPPK merupakan suatu momentum yang penting dalam merumuskan dan melaksanakan usaha pembangunan pertanian secara lebih terarah, fokus dan berkesinambungan.
Selama kurun waktu lima tahun pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu diharapkan pertumbuhan sektor pertanian dapat mencapai 3,3% per tahun.
Tingkat pertumbuhan ini didukung oleh pertumbuhan sektor tanaman pangan 0,89 persen , hortikultura 3,38 persen, perkebunan 6,27 persen, dan peternakan 4,37 persen.
Khusus untuk sektor kehutanan, untuk mendukung pencapaian pertumbuhan ekonomi, maka dilakukan kegiatan :

a.    Penyiapan prakondisi bagi unit pengelolaan
b.    Pembinaan kelembagaan usaha pemanfaatan huan alam
c.    Pembinaan dan penertiban industri hasil hutan
d.    Optimalisasi PNBP dan dana reboisasi
e.    Pengembangan hutan tanaman
f.    Pengembangan dan pemasaran serta pengendalian peredaran hasil hutan
g.    Pengembangan hasil hutan non kayu
h.    Perencanaan dan pengembangan hutan kemasyarakatan
i.    Pengembangan usaha kehutanan rakyat

3.    Amanat Presiden pada RAKERNAS DEPHUT Tahun 2008
Presiden SBY membuka Rkernas Departemen Kehutanan 2008 yang diselenggarakan di Istana Negara pada Kamis tanggal 27 Maret 2008. Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Departemen Kehutanan Tahun 2008  mengambil tema “ Membangun Kesepahaman dan Keterpaduan Langkah dalam Rangka Pembangunan Sektor Kehutanan “ ini bertepatan dengan peringantan seperempat abad Dephut. Presiden SBY mengajak masyarakat untuk merenungkan dalam hati dan pikiran tentang betapa penting dan strategisnya sektor kehutanan. “ Hutan adalah sumber kehidupan. Sumber daya hutan apabila dikelola dengan benar akan memberikan sumbangan bagi ekonomi dan kesejahteraan rakyat.”
Dalam kesempatan tersebut Presiden SBY memberikan 9 (sembilan) instruksi dan ajakan kepada jajaran kehutanan dan masyarakat luas. Instruksi dan ajakan tersebut adalah :

a.    Pembangunan sumber daya hutan yang memberikan manfaat nyata kepada negara dan rakyat
b.    Ekonomi Lingkungan
c.    Kelestarian sumber air
d.    Pencegahan banjir dan tanah longsor
e.    Pencegahan kebakaran hutan
f.    Pemberantasan kejahatan kehutanan
g.    Good governance
h.    Membantu Rakyat di dalam dan sekitar area hutan
i.    Penghijauan
Written by: HPDKI Purwakarta
HPDKI Purwakarta, Updated at: 2:20 AM

Peluang usaha peternakan Domba Garut

Masih banyak orang yang keliru ketika membedakan antara domba dan kambing. Yang kita tahu, paling, rasa sate kambing lebih lezat dibanding sate domba. Apakah betul domba dan kambing itu sama? Ternyata selain bisa untuk bahan membuat topi koboi, domba juga bisa menghasilkan devisa negara.

Pada dasarnya domba dan kambing merupakan jenis hewan ternak pemakan rumput yang tergolong ruminansia kecil, keduanya pun populasinya hampir tersebar merata dan ada di seluruh dunia. Namun bila kita melihat visual fisiknya dengan cermat maka domba berbeda dengan kambing.

Postur tubuh domba cenderung lebih bulat dibandingkan dengan kambing yang ramping. Daun telinga kambing panjang dan terkulai. Bentuk bulu domba pun lebih ikal dan keriting sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bulu wool sedangkan lain halnya dengan kambing yang cenderung lurus.

Hewan ternak domba yang ada sekarang diduga merupakan hasil dometikasi manusia dari 3 jenis domba liar: Domba Mouflon dari Eropa Selatan dan Asia Kecil, Domba Argali dari Asia Tenggara serta Urial dari Asia. Domba-domba ini awalnya diburu secara liar sampai akhirnya diternakkan oleh manusia.
Lebih bernilai komersial

Dibandingkan dengan sapi, babi, kuda dan kerbau sebagai sesama hewan ruminansia, hewan ternak domba lebih dulu memiliki nilai komersial sejak abad 7000 SM. Bahkan di Indonesia keberadaan hewan ternak domba dapat dilihat pada relief Circa 800 SM pada Candi Borobudur. Oleh karenanya tidak heran bila jumlah populasi domba jauh lebih banyak dibandingkan dengan kambing di dunia.

Data Food Agricultural Organization (FAO) tahun 2002, jumlah populasi domba dunia kurang lebih 1.034 milyar ekor sedangkan kambing hanya sekitar 743 juta. Populasi terbesar domba dan kambing dunia adalah di negara Tirai Bambu Cina, di mana negara kedua terbesar adalah Australia untuk domba dan India untuk kambing.

Sebagai bagian dari sektor usaha peternakan nasional, prosentase kebutuhan daging domba dan kambing masyarakat Indonesia adalah masih jauh di bawah sub sektor usaha peternakan lainnya seperti ayam/ unggas (56%), sapi (23%) serta babi (13%). Menurut data Ditjen. Peternakan – Deptan RI tahun 2005, konsumsi daging domba dan kambing di masyarakat memang masih sangat rendah yaitu hanya sekitar 5%.

Namun bila melihat potensi kebutuhan daging hewan ternak ini yang pada tiap tahunnya kurang lebih sekitar 5,6 juta ekor untuk kebutuhan ibadah kurban saja, dan belum termasuk kebutuhan pasokan untuk aqiqah, industri restoran sampai dengan warung sate kaki lima yang membutuhkan 2 – 3 ekor tiap harinya, pertumbuhan populasi domba dan kambing adalah belum sebanding dengan angka permintaan yang terus meningkat.
Kebutuhan Pasar Meningkat
Potensi ini belum dihitung kebutuhan pasar di kawasan Asia Tenggara seperti Malaysia dan Singapura, serta kawasan Timur Tengah yang tiap tahunnya membutuhkan kurang lebih 9,3 juta ekor domba. Di mana kebutuhan pasokan daging domba untuk kawasan Timur Tengah sampai saat ini masih dipenuhi oleh Australia dan Selandia Baru.

Miris memang, di mana Indonesia sebagai negara dengan jumlah populasi masyarakat muslim terbesar di dunia sebenarnya lebih memiliki peluang untuk itu. Pertumbuhan populasi domba dan kambing di Indonesia adalah relatif kecil sedangkan permintaan terus meningkat seiring jumlah penduduk dan perbaikan pendapatan kesejahteraan masyarakat.

Bukan mustahil suatu saat akan terjadi kelangkaan produksi daging domba dan kambing sehingga pelaksanaan ibadah kurban akan mengimpor dari Australia ataupun Selandia Baru. Di Indonesia, keberadaan populasi domba dan kambing hampir tersebar dengan merata di seluruh wilayah. Namun sayangnya pemeliharaan ternak domba dan kambing di negeri ini sebagian besar masih dalam skala kecil dan tradisional.

Berbeda dengan Australia, pola peternakan intensif dengan dukungan teknologi telah menjadikan negara tersebut dapat menghasilkan produksi domba skala besar dan berkualitas. Bayangkan saja, total ekspor daging domba Australia ke negara Saudi Arabia pada tahun 2006 adalah setara dengan 3,6 juta ekor.

Populasi hewan ternak domba dan kambing terbesar pada akhir tahun 2006 ada di wilayah provinsi Jawa Barat yaitu kurang lebih 3,5 juta ekor atau sekitar 49% dari jumlah populasi nasional. Di provinsi ini bahkan terdapat jenis hewan ternak ruminansia kecil yang merupakan kekayaan plasma nutfah Indonesia serta menjadi ciri khas provinsi yang dikenal dengan julukan bumi parahyangan tersebut.
Domba Garut Terlangka di Dunia 

Domba Garut, Ovies Aries, adalah hasil persilangan dari 3 rumpun bangsa domba: Merino - Australia, Kaapstad dari Afrika dan Jawa Ekor Gemuk di Indonesia. Domba Jawa Ekor Gemuk sudah ada sebelumnya sejak lama sebagai jenis domba lokal, Domba Merino dibawa oleh pedagang Belanda ke Indonesia sedangkan Domba Kaapstad didatangkan para pedagang Arab ke tanah Jawa sekitar abad ke-19.

Domba Garut adalah jenis domba tropis bersifat proliflic yaitu dapat beranak lebih dari 2 (dua) ekor dalam 1 siklus kelahiran. Di mana dalam periode 1 tahun, Domba Garut dapat mengalami 2 siklus kelahiran. Domba ini memiliki berat badan rata-rata di atas domba lokal Indonesia lainnya.

Domba jantan dapat memiliki berat sekitar 60 – 80 kg bahkan ada yang dapat mencapai lebih dari 100 kg. Sedangkan domba betina memiliki berat antara 30 – 50 kg. Ciri fisik Domba Garut jantan yaitu bertanduk, berleher besar dan kuat, dengan corak warna putih, hitam, cokelat atau campuran ketiganya. Ciri domba betina adalah dominan tidak bertanduk, kalaupun bertanduk namun kecil dengan corak warna yang serupa domba jantan.

Domba Garut merupakan plasma nutfah terlangka di dunia karena postur hewan ternak ini nyaris menyerupai bison di USA. Populasi Domba Garut terbesar di Indonesia tentunya ada di wilayah provinsi Jawa Barat dengan lokasi daerah penyebaran antara lain: Garut, Majalengka, Kuningan, Cianjur, Sukabumi, Tasikmalaya, Bandung, Sumedang, Indramayu dan Purwakarta.

Mungkin hampir sebagian orang lebih mengenal hewan ternak Domba Garut identik dengan domba aduan yang berlaga di arena adu ketangkasan. Domba Garut adalah hewan ternak eksotis. Memang betul bila sampai saat ini di kalangan masyarakat provinsi Jawa Barat masih menggemari adu ketangkasan domba, akan tetapi perlu untuk diluruskan bahwa arena adu ketangkasan yang ada sekarang tidak memperbolehkan pertarungan 2 ekor domba jantan sampai titik darah penghabisan.

Telah dilakukan perubahan peraturan oleh organisasi Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia (HPDKI) yang saat ini dipimpin Drs. H.A.M Sampurna, MM. selaku ketua umum dan Drs. H. Uu Rukmana selaku ketua wilayah provinsi Jawa Barat. Arena adu ketangkasan saat ini lebih menjadi arena seni dan budaya yaitu tempat bertemunya silaturahmi antar peternak, penghobi, show room, transaksi bibit domba berkualitas serta obyek wisata.

Beberapa nama seperti kang Ibing, dalang Asep Sunarya merupakan nama yang cukup dikenal sebagai penghobi dan pemilik Domba Garut berkualitas. Hobi memelihara ternak Domba Garut dijamin tidak akan kalah kepuasannya dengan memelihara jenis hewan lainnya seperti kucing, ikan dan sebagainya.
Dari Topi Koboi sampai Sepatu Boot 

Suatu kepuasan ketika tanduk Domba Garut jantan dapat terbentuk dan tumbuh maksimal ataupun dengan keindahan corak serta warna bulu yang dihasilkan. Sepatu boot, bertopi koboi, pakaian hitam adalah ciri penghobi ketika datang ke arena seni dan budaya adu ketangkasan. Dan jangan salah, harga 1 ekor ternak Domba Garut jantan berkualitas dikalangan penghobi dapat bernilai di atas 10 juta rupiah bahkan ada yang ratusan juta rupiah.

Namun yang patut dikhawatirkan pada kondisi saat ini adalah populasi Domba Garut berkualitas yang kian menyusut dan dapat terancam punah di mana bertolak belakang dengan sifat profilik yang dimilikinya. Kurangnya perhatian serius terhadap sektor usaha pembibitan menjadikan populasi Domba Garut unggulan agak sukar ditemukan. Dan ini pula yang menjadikan hewan ternak Domba Garut untuk kebutuhan ibadah kurban kian mahal harganya. Seperti yang diutarakan oleh Drh. Abdul Jabbar Zulkifli selaku Sekretaris Jenderal Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia (HPDKI) dalam diskusinya dengan penulis belum lama ini.

Kondisi tersebut tentunya sangat disayangkan, terlebih bila kita tahu potensi ekonomis hewan ternak Domba Garut yang tidak hanya identik dengan domba aduan, kualitas daging Domba Garut juga memiliki nilai gizi yang cukup baik dibandingkan dengan kambing untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat. Bahkan tidak hanya dimanfaatkan dagingnya saja, kulit Domba Garut dapat dijadikan bahan baku untuk pembuatan jaket berkualitas.

Data tahun 2005 yang didapat dari website kabupaten Garut, industri jaket berbahan baku kulit Domba Garut dapat menyerap 2.656 tenaga kerja dengan nilai ekspor Rp. 84,7 milyar ke berbagai negara tujuan seperti Singapura, Malaysia, Taiwan dan Australia. Kotoran ternak Domba Garut pun dapat memberikan keuntungan dan nilai manfaat bila diolah dengan baik yaitu sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, kebutuhan unsur hara pada tanaman dapat terpenuhi dengan pemberian pupuk organik hasil fermentasi berbahan baku kotoran domba yang sangat bermanfaat untuk meningkatkan hasil produksi pertanian.

Seorang peneliti utama lulusan Jepang dari Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika – Bogor, Dr. Ir. Mesak Tombe, saat ini berhasil menemukan teknologi yang sudah mendapatkan hak paten untuk meningkatkan kualitas pupuk organik yang dihasilkan dari kotoran ternak, teknologi tersebut dinamakan Bio Triba. Dikemas dalam bentuk formula cair dengan kandungan mikroorganisme B. Pantotkenticus strain J2 dan T. Lactae strain TB1.

Teknologi yang ditemukan Dr. Ir. Mesak Tombe sangat membantu dalam proses pematangan kotoran ternak menjadi pupuk organik antara periode 1 – 2 minggu.
Pilihan Sektor Usaha Peternakan 

Tidak hanya itu, teknologi ini juga dapat diaplikasikan pada pengolahan limbah organik pasar dan rumah tangga. Kelebihan lain teknologi ini adalah dapat berperan pula sebagai bio fungisida untuk pengendalian penyakit pada tanaman. Adalah tepat bila sektor usaha peternakan dan pertanian memang harus saling bersinergi.

Terlebih lagi saat ini petani dalam posisi sulit diantara kenaikan biaya produksi sebagai akibat harga pupuk yang terus melambung, di sisi lain petani tidak bisa seenaknya menaikkan harga jual sehingga perolehan pendapatan semakin menipis. Terbesit gagasan pula untuk mengkombinasikan ternak Domba Garut dengan sektor perikanan air tawar. Design kandang ternak domba dibuat panggung di atas kolam ikan.

Secara segmentasi pasar lokal, Domba Garut memiliki potensi pasar yang multi user. Seperti yang disampaikan oleh Agus Ramada selaku Direktur Utama Eka Agro Rama sebagai perusahaan agribisnis yang concern dalam usaha ternak Domba Garut dan pertanian organik. Dan ini yang menjadikan hewan ternak Domba Garut layak untuk dikembangkan sebagai pilihan dalam sektor usaha peternakan.

Potensi pasar terbesar pertama adalah hewan ternak Domba Garut untuk memenuhi kebutuhan tahunan ibadah kurban. Kemudian menyusul kebutuhan konsumsi daging harian baik itu rumah tangga, restoran dan warung sate. Selanjutnya adalah kebutuhan aqiqah, dan terakhir adalah penghobi yang selalu mencari bibit Domba Garut jantan unggulan.

Penjelasan Dr. Ismeth Inounu, peneliti utama bidang pemuliaan dan genetika dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan (Puslitbangnak – Deptan RI), yaitu pada kunjungannya ke lokasi peternakan Domba Garut Eka Agro Rama, kabupaten Bandung, provinsi Jawa Barat bulan April lalu, pemerintah saat ini memberikan perhatian serius untuk pengembangan sektor usaha pembibitan dan perbanyakan hewan ternak domba serta kambing antara lain Domba Garut.

Tidak hanya program pemuliaan galur murni untuk mengembalikan kualitas terbaik hewan ternak Domba Garut, akan tetapi program pengembangan domba komposit untuk dapat menghasilkan keturunan ataupun bibit unggulan baru juga sedang giat dilakukan. Berbagaimacam penemuan teknologi terkait reproduksi ternak domba terus dikembangkan untuk mempermudah upaya produksi dan perbanyakan domba berkualitas, sebagai contoh teknologi laserpuntur dan suntik hormonal yang akan sangat bermanfaat untuk sinkronisasi birahi dan perkawinan massal.

Keberhasilan perkawinan domba lokal Sumatera dengan domba St. Croix dari Virgins Islands dan domba Barbados, kemudian Domba Garut dengan domba St. Croix serta Domba Moulton dari Prancis, adalah program pengembangan domba komposit yang berhasil dilakukan oleh Puslitbangnak – Deptan RI dari aplikasi penemuan teknologi tersebut.

Tidak hanya sebatas itu, di lokasi peternakan Eka Agro Rama juga telah berhasil program pengembangan domba komposit berupa perkawinan Domba Garut betina dengan Domba Suffolk pejantan dari Inggris, kemudian Domba Garut betina dengan pejantan Merino – Australia yang telah menghasilkan kualitas anakan dengan harapan akan jauh lebih baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan konsumsi daging. Adalah Alam Yanuardi selaku Direktur Operasional yang dengan tangan dinginnya berhasil menjalankan program pengembangan domba komposit tersebut.

Dalam pengembangan usaha ternak Domba Garut maka Eka Agro Rama tidaklah bergerak seorang diri. Terlebih dengan potensi menembus peluang pasar lokal dan dunia yang masih cukup besar. Dirintis pula upaya kerjasama mulai dari sektor hulu sampai dengan sektor hilir untuk dapat mencapai tujuan usaha ternak yang diinginkan. Salah satu rekanan kerjasama yang senantiasa membantu Eka Agro Rama dalam pengembangan usahanya antara lain adalah Kampoeng Ternak – Dompet Dhua’fa Republika. Eksistensi Kampoeng Ternak – Dompet Dhua’fa Republika patut diacungi jempol dalam pengembangan sub sektor usaha peternakan domba kambing di Indonesia.

Program Tebar Hewan Kurban dan 1000 Aqiqah yang sedang dijalankan oleh Kampoeng Ternak tidak hanya bertujuan untuk memajukan usaha ternak domba dan kambing di Indonesia, akan tetapi bertujuan pula untuk membantu masyarakat yang kurang mampu dalam kebutuhan konsumsi daging domba. Seperti yang dijelaskan Purnomo, SPt selaku Direktur Kampoeng Ternak – Dompet Dhua’fa Republika. Eka Agro Rama sendiri saat ini lebih terfokus bergerak dalam sektor usaha pembibitan dan perbanyakan Domba Garut. Penyediaan Domba Garut berkualitas untuk kebutuhan kurban, aqiqah, restoran sampai dengan warung sate kaki lima adalah menjadi impian Kami, ucap Agus Ramada.
Mengundang Devisa Negara 

Dengan stok populasi Domba Garut yang semakin terbatas akibat banyak peternak yang enggan untuk membibitkan domba, Eka Agro Rama menerapkan sistem ban berjalan dengan penjualan Domba Garut lepas sapih. Domba Garut betina unggulan adalah mesin produksi dalam usaha ternak yang dijalankan. Namun tentunya usaha ini sangat memerlukan pula kerjasama dengan berbagai pihak baik itu dibidang produksi dan juga pemasaran.

Tidak mungkin selamanya Eka Agro Rama menambah kapasitas kandang dengan luas lahan yang terbatas. Peranan organisasi himpunan (HPDKI) di sini memiliki kontribusi yang besar untuk memetakan dan membina potensi jaringan produksi yang ada di mana selanjutnya dapat diarahkan pula kepada pintu pemasaran yang tersedia. Eka Agro Rama melalui kegiatan pelatihan yang diadakan bersama Agromania dan juga Kampoeng Ternak akan senantiasa mencari peternak-peternak baru yang tertarik dalam usaha pengembangan Domba Garut.

Tidak hanya sekedar pelatihan, fungsi pendampingan dan bimbingan teknis budidaya serta akses pintu pemasaran juga menjadi bagian penting dari kegiatan pasca pelatihan. Di mana selain itu harus dirangkul pula media informasi sebagai public soundingsetiap program usaha peternakan yang dimiliki, tegas Agus Ramada. Peran Puslitbangnak bersama balai-balai yang ada dan dinas peternakan provinsi setempat sebagai basis ilmu pengetahuan juga tidak boleh diabaikan, hal ini amat diperlukan sehingga peternak tidak akan buta terhadap aplikasi teknologi terbaru.

Tidaklah kecil tentunya pendapatan devisa negara yang dapat diperoleh dari pengelolaan usaha ternak Domba Garut intensif. Terlebih dengan potensi pasar kebutuhan daging domba di kawasan Timur Tengah sebanyak 30 ribu ekor tiap minggunya. Bukan pekerjaan yang ringan dan mudah tentunya, akan tetapi bisa menjadi suatu peluang usaha yang menjanjikan bilamana kita mau mulai berpikir dan bergerak ke arah sana. Long journey is begins with the small step.

Salam Peternak Domba Sehat! HPDKI Kabupaten Purwakarta
Written by: HPDKI Purwakarta
HPDKI Purwakarta, Updated at: 1:37 AM

Monday, December 3, 2012

Ternak domba tangkas kab purwakarta

selama ini ternak domba tangkas Kabupaten Purwakarta sangatlah minim minat masyarakat terhadap ternak domba tangkas tersebut, karena selain harga  yang variatif mahal serta dalam segi pengurusanpun ada sedikit  berbeda dengan domba pedaging oleh karena itu masyarakat banyak memilih ternak domba pedaging selain dari pengurusanya relatif mudah dengan harga yang terjangkau, padahal ternak domba tangkas sangatlah menguntungkan untuk penunjang ekonomi masyarakat, karena dari segi bobot sudah terbukti jauh lebih unggul di banding dengan domba pedaging.

oleh karena itu saya sebagai penggerak peternak domba tangkas sangat terancam keberadaanya karena anak muda sekarang lebih banyak bergaul yang bersifat mendekati arah negatif, tidak seperti orang sebelum kita di lahirkan dengan semestinya mempertahaankan ekosistem peternakan supaya berkelangsungan dalam menyikapi kehidupan di masa sekarang.

mudah mudahan dengan adanya artikel ini bisa menjadi acuan dalam peternakan kehidupan masyarakat Kabupaten Purwakarta dalam meningkatkan ternak domba tangkas umumnya bagi pembaca



Written by: HPDKI Purwakarta
HPDKI Purwakarta, Updated at: 9:12 AM

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More